RSS

Cinta dan Benci Setipis Kulit Bawang


"Ketika kini aku membencimu , itu karena aku mencintaimu sampai pada titik dimana hatiku hancur menyerpih karenanya."

"Gue gak dapet , elo juga gak boleh dapet, buat hantu aja sekalian!"
sampai disini , definisi yang menyatakan bahwa cinta tak harus memiliki, bahagiamu juga bahagiaku kini menjadi basa-basi yang beneran basi. haha, mungkin kita tak pernah mencintai siapapun , karena kita terlalu mencintai diri sendiri.



maka tentunya saat diri kita yang satu-satunya kita cintai itu tersakiti, pelakunya harus merasakan hal serupa, plus bonusnya tentunya, meskipun sang pelaku pernah menjadi yang tercinta "once upon a time " gitu.

Bagian terparah?
setelah kita sadar bahwa sebenarnya tidak ada siapapun yang menyakiti kita kecuali diri kita sendiri. mau tidak mau kita harus menemukan terdakwa atas penderitaan itu, dan orang itu adalah DIA !

setau saya , dalam ilmu ekonomi (oke, benerin kalo ngarang) harga keseimbangan akan terbentuk saat permintaan sama besarnya dengan penawaran. saat permintaan tidak sesuai , maka akan terjadi excess supply atau malah sebaliknya lonjakan harga, namun pesar akan otomatis mereject hal tersebut dan secara tidak langsung melakukan regulasi . Dalam cinta? saat permintaan tidak sesuai harapan, maka akan mengalami penolakan. memang sakit saat permintaan kita ditolak, namun hal tersebut tak sesakit jika yang ditolak itu adalah pemberian, apalagi yang diberikan itu adalah hati.

terkadang sulit untuk menakar mana yang lebih menyakitkan antara: cinta yang tak pernah diucapkan, atau cinta yang terucap, tetapi berujung penolakan.

Tapi, apakah kita punya hak membenci seseorang, hanya karena dia tidak menerima hati yang kita berikan? Apakah kita boleh mengatakan, “Karena cintaku tak kau butuhkan, berarti yang kau perlukan dariku adalah kebencian?”

Entahlah… Tetapi saya, dan banyak orang yang saya kenal, pernah seperti itu. Sampai kemudian saya tahu, cinta yang ditolak bukanlah akhir segalanya. Benar, semua memang akan berakhir jika cinta yang “ditolak” itu kemudian kita biarkan melintasi batasnya yang setipis kulit bawang, menjadi kebencian. Orang yang tadinya masih agak Simpati dan menganggap kita Fren, pasti berubah menjadi Mentari, membakar kita dengan bara amarahnya.

Opsi lain? ada, mingkin saja lebih baik
(1) Pamit baik-baik, mengemas kembali tumpahan hati yang tak mengalir sampai muara slide show "terimakasih atas perhatiannya" itu ,kemudian mencari samudera lain yang membutuhkannya, yang benar-benar bisa menghargainya.

(2)Jika sungguh tak bisa pindah ke lain hati, tetaplah mencintainya, karena sebenarnya, tak siapapun yang bisa menolak persembahan cinta. Bukankah mencintai adalah hak setiap orang? Tetapi tentu saja, mencintalah dari jauh, melayarkan rindu yang tak pernah kunjung berlabuh. Sayangi dirinya tanpa membuatnya merasa terganggu. Panjatkan do’a untuknya, walau dia tak pernah tau, memohonkan bahagia untuknya, walau kau akan bertanya seperti sajak seorang penyair - " mawar di doaku, adakah samapai di jarakmu ?"

Menyedihkan? Mungkin iya, mungkin juga tidak.
seperti kata pepatah arab “Susah menyembunyikan cinta, lebih susah lagi menyembunyikan kebencian. Dan yang paling susah menyembunyikan cemburu, karena itu adalah cinta dan kebencian sekaligus.”

Tuhan konon menyimpan sebuah janji rahasia di langit sana: bahwa tak ada balasan bagi cinta sejati, kecuali cinta sejati pula.
"tidak ada balasan untuk kebaikan  selain kebaikan (pula)" (Q.s 55:60)

Siapa tau, ini cuma perkara waktu....


0 Responses to "Cinta dan Benci Setipis Kulit Bawang"

Posting Komentar

terimakasih atas kunjungan anda! blog ini adalah sebuah blog dofollow. silahkan berkomentar pada salah satu postingan blog ini, anda akan mendapat baclink cuma2, yang akan membantu anda dalam meningkatkan pagerank blog anda.

 

Pengikut

u comment i follow

recent post

Categories

Blog Archive

Return to top of page Copyright © 2010 | Flash News Converted into Blogger Template by HackTutors